Tuesday, 5 November 2019

Guru Ideal Harus Berakhlak dan Berilmu Baik

Foto ilustrasi: Goldy F. Dharmawan

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema guru ideal.

 

Saat ini, guru adalah profesi yang tidak bisa dipandang sebelah mata, baik dari sisi kompetensi maupun pendapatan. Dulu, seorang tamatan sekolah menengah atas (SMA) bisa menjadi guru. Sekarang, untuk bisa menjadi guru, seseorang harus menempuh pendidikan tinggi (kuliah) dan harus mempunyai sertifikat pendidik.

Pemerintah telah melakukan sejumlah cara untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain dengan memberikan sertifikasi yang setara dengan dua kali lipat gaji guru. Selain itu, Pemerintah juga telah menerbitkan undang-undang yang memuat daftar kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Menurut saya, guru ideal adalah guru yang memiliki ilmu tinggi dan akhlak baik. Ilmu yang tinggi berguna untuk menyampaikan pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa. Guru, terutama guru sekolah dasar (SD), harus bisa menjelaskan topik yang rumit secara sederhana kepada siswa. Selain itu, guru juga harus memiliki kemampuan mengoperasikan teknologi, apalagi di zaman digital seperti sekarang.

Akhlak baik yang saya maksud adalah menjauhi perkara yang dilarang oleh agamanya. Guru harus bisa menjadi panutan bagi siswanya, baik dari segi akhlak, cara berpakaian, cara berpikir, dan sebagainya.

Seorang guru dapat disebut berhasil bila ilmu yang ia berikan bermanfaat bagi siswa. Ilmu bermanfaat adalah ilmu yang membawa kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Contohnya, bila siswa berkelakuan baik di sekolah maupun di rumah, artinya guru telah berhasil membagikan ilmunya. Karena hakikat dari belajar adalah menjadi pribadi yang lebih baik.

Untuk bisa menjadi guru ideal seperti yang saya jabarkan di atas bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru harus bisa menyeimbangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritualnya.

Seorang guru tidak boleh merasa puas dengan kemampuan yang ia miliki atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan ungkapan never settle. Guru harus terus mengembangkan kemampuannya, baik melalui pelatihan maupun dengan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Kepribadian dan akhlak yang baik tidak dapat diperoleh secara instan. Seorang guru seyogyanya terus memperbaiki diri dan dapat menerima kritik serta masukan untuk menjadikan dirinya pribadi yang lebih baik.

 

 

* Catatan ini ditulis oleh WA, guru SD yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini