Tuesday, 23 June 2020

Guru Muda Harus Terus Belajar

Foto ilustrasi: Tony Liong

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema tantangan terbesar dalam mengajar sebagai guru muda.

 

Guru muda sering dipandang sebagai sosok guru yang kreatif, inovatif serta pandai dalam mengaplikasikan berbagai teknologi terbaru. Label tersebut kadang benar, namun, kadang bisa juga kurang benar. Label-label itu membuat guru muda dituntut untuk terus belajar hingga menjadi guru muda yang berkualitas. Banyak harapan besar yang ditumpukan kepada guru muda.

Guru muda juga umumnya memiliki pengajaran yang berbeda daripada guru-guru yang lebih senior. Guru muda mampu memberikan pengajaran yang menyenangkan, kontekstual, dan aktual. Di dalam kelas, saya berusaha mengikutsertakan siswa dalam pengajaran sehingga terciptalah pembelajaran yang aktif.

Saya mengarahkan siswa agar aktif mencari, menggali, dan mengembangkan informasi hingga mereka mampu memperoleh pemahaman yang baik. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru menerapkan berbagai teknik, metode, dan strategi yang tepat dalam mengelola pembelajaran di kelas, serta menggunakan berbagai media pembelajaran untuk menunjang pemahaman siswa.

Tantangan dalam mengajar adalah tuntutan evaluasi dari pemerintah daerah terkadang kurang sinkron atau berbeda dengan konsep materi dan kurikulum yang diberikan. Contoh: dalam Kurikulum 2013, pembelajaran berkonsep tematik, yaitu meleburkan muatan pelajaran ke dalam satu tema agar siswa mampu merasakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, sesuai tema yang diajarkan. Namun, di daerah saya, evaluasi untuk penilaian tengah semester (PTS) dan ujian akhir semester (UAS) bukan bersifat tematik, melainkan terbagi-bagi per muatan pelajaran seperti kurikulum sebelumnya (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP). Keadaan ini tentu menyulitkan siswa untuk belajar saat hendak menghadapi PTS atau UAS. Orang tua pun sering protes dengan konsep evaluasi yang diberikan karena mereka kesulitan membantu anaknya belajar di rumah.

Dalam menanggapi kondisi tersebut, saya berusaha memberikan penekanan pemahaman tentang pembagian muatan pelajaran yang ada sejak awal pembelajaran. Selain itu juga meningkatkan pendalaman materi yang berkaitan dengan tema ketika waktu masih memungkinkan, dan lebih banyak berdiskusi dengan siswa.

Dampak dari pendekatan saya itu adalah siswa semakin paham tentang pembagian materi sesuai muatan pelajaran. Tentu saya tetap menyampaikan keluhan para orang tua soal sistem evaluasi PTS dan UAS itu kepada kepala sekolah.

Menjadi guru muda harus berani menyampaikan aspirasi dan harus kreatif. Guru muda harus terus belajar secara mandiri, entah dengan membaca buku atau melakukan langkah-langkah lainnya, seperti menambah relasi untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman. Guru muda juga dapat mengikuti diklat atau seminar yang berkaitan dengan kependidikan untuk menambah wawasan dan keterampilan.

 

* Catatan ini ditulis oleh UDA, guru SD di Provinsi Jawa Tengah.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini