Monday, 27 August 2018

Laboratorium Pembelajaran Kedua RISE: Yogyakarta

Tim Peneliti RISE saat melakukan audiensi ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta (kiri ke kanan: Valentina Utari, Luhur Bima, Sudarno Sumarto). | Foto: Dok. RISE

 

Kota Yogyakarta menjadi daerah kedua calon laboratorium pembelajaran studi Inovasi Kebijakan Pendidikan di Daerah (Reform Area B). Sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kota ini merupakan salah satu daerah dengan performa pendidikan yang terkenal baik. Angka partisipasi murni di Yogyakarta tergolong tinggi, yakni di atas 80% (Neraca Pendidikan Daerah 2017). Selain itu, aspek-aspek pendidikan lain di Yogyakarta juga tampak positif, seperti kualifikasi guru yang rata-rata berpendidikan minimal D4/S1; serta nilai Ujian Kompetensi Guru (UKG), Ujian Nasional (UN), dan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tingkat SMP yang berada di atas rata-rata nasional (Neraca Pendidikan Daerah 2016 & 2017).

Yogyakarta juga menggagas sejumlah inovasi guna meningkatkan kualitas pendidikan di wilayahnya, seperti program Konsultasi Belajar Siswa (KBS) online, workshop Guru Tidak Tetap (GTT), kemitraan guru tingkat SMP, dan pelatihan karya tulis ilmiah. Selain memperlihatkan dampak positif, berbagai inovasi tersebut juga umumnya berkelanjutan. Informasi mengenai inovasi pendidikan di Yogyakarta diperoleh Tim RISE melalui survei telepon dan media tracking.

Audiensi ke Pemerintah Kota Yogyakarta

Tim RISE mengadakan audiensi di Kota Yogyakarta sebanyak dua kali; pertama pada 2-4 Mei dan kedua pada 31 Mei 2018. Pada audiensi pertama, Tim RISE disambut baik oleh jajaran pemerintahan Kota Yogyakarta, seperti wakil wali kota, pejabat dinas pendidikan, pejabat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah/Bappeda; dan anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD DIY.

Dalam audiensi pertama, Tim RISE menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta sekaligus mengumpulkan data untuk menyusun potret lengkap pendidikan di kota tersebut. Sementara, audiensi kedua lebih berfokus pada diskusi tentang peluang kerja sama yang dapat dilakukan oleh RISE dengan Pemerintah Kota Yogyakarta.

Wakil wali kota Yogyakarta, Drs. Heroe Poerwadi, M.A. (tengah) dan Kepala Bidang Pembinaan SMP, Dedi Budiono, M.Pd. (kanan), saat menerima kedatangan Tim RISE dan membicarakan peluang kerja sama. | Foto: Luhur Bima

Ketua Program RISE di Indonesia, Sudarno Sumarto (kiri), Wakil Wali Kota Yogyakarta, Drs. Heroe Poerwadi, M.A. (tengah), dan Kepala Bidang Pembinaan SMP, Dedi Budiono, M.Pd. (kanan), saat menerima kedatangan Tim RISE dan membicarakan peluang kerja sama. | Foto: Luhur Bima

Utari dan Sudarno diajak melihat langsung ruangan praktik KBS online di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. | Foto: Luhur Bima

Tim RISE dan anggota Komisi B DPRD DIY berfoto bersama usai audiensi. | Foto: Dok. RISE

Audiensi kedua dengan agenda menindaklanjuti penyusunan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Kota Yogyakarta dan RISE. | Foto: Aaron Situmorang

Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU)

Pascaaudiensi dan komunikasi yang cukup intensif antara Pemerintah Kota Yogyakarta dan Tim RISE, kedua belah pihak sepakat memulai kerja sama jangka panjang yang dijabarkan dalam Nota Kesepahaman (MoU). Penandatanganan MoU tersebut dilakukan pada 7 Juni 2018 oleh Drs. H. Haryadi Suyuti selaku Wali Kota Yogyakarta dan Dr. Asep Suryahadi selaku Direktur The SMERU Research Institute.

Penandatangan MoU di Jakarta oleh Dr. Asep Suryahadi (Direktur SMERU/Komite Pengarah Program RISE di Indonesia) disaksikan oleh perwakilan Tim RISE (Utari dan Syaikhu). | Foto: Tony Liong

Dalam kerja sama yang akan berlangsung hingga 2022 ini, Tim RISE akan melakukan penelitian terkait inovasi kebijakan pendidikan di Yogyakarta. Pada akhir Agustus 2018, tim peneliti RISE sedang mengunjungi Yogyakarta untuk melakukan studi diagnostik terkait pembelajaran.


Bagikan Postingan Ini