Wednesday, 30 December 2020

Mengembangkan Kemampuan Mengajar Melalui Pelatihan

Foto ilustrasi: Mukti Mulyana

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru" dengan tema pembelajaran yang didapat selama satu tahun mengajar.

 

Sebagai guru, saya pernah mengikuti pembinaan di tingkat kecamatan, yaitu di sekolah tempat saya mengajar dan di wilayah binaan. Selain itu, saya juga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan lain secara mandiri yang informasinya saya dapatkan dari forum alumni universitas.

Pembinaan di sekolah dijadwalkan selama satu tahun ajaran yang terdiri dari 2–3 kali pelatihan. Saya sendiri sudah mengikuti dua kali pelatihan. Pelatihan pertama (sebelum pandemi COVID-19) tentang digitalisasi pembelajaran yang membekali kemampuan untuk mengimbangi revolusi industri 4.0.

Dalam pelatihan tersebut, saya dan rekan-rekan guru lain belajar mengoperasionalkan berbagai aplikasi yang relevan untuk pembelajaran, seperti Zoom, Google Forms, dan Quizizz. Penyampai materi waktu itu salah satu trainer dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan DKI Jakarta yang sangat kawakan.

Para peserta pelatihan diajari melakukan asesmen, mulai dari trik membuat soal dan kisi-kisi soal, hingga mengunggah soal ke Google Forms dan Quizizz. Bagi saya, ini bukanlah kali pertama menggunakan kedua aplikasi tersebut karena saya sudah pernah mempelajarinya di Pendidikan Profesi Guru.

Sementara, pada pelatihan kedua saya belajar membuat soal tipe higher order thinking skills (HOTS). Melalui soal tipe HOTS, siswa dipersiapkan untuk dapat berpikir tingkat tinggi.

Pelatihan lain yang pernah saya ikuti: mendidik anak berkebutuhan khusus; membuat media pembelajaran sederhana; pembelajaran bermakna di masa pandemi; dan pembelajaran yang harus dilakukan di era pandemi. Semua pelatihan ini dilakukan secara daring. Bagi saya, semua pelatihan itu berdampak besar bagi praktik mengajar saya di kelas, terutama yang mengenai mendidik anak berkebutuhan khusus dan pembelajaran di era pandemi.

 

* Catatan ini ditulis oleh WI, guru SD di Provinsi DKI Jakarta.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini